Jumat, 15 Maret 2019

Kudidekap Amarah

Ada suara berhenti dibalik gelak tawa
Ada tatap berhenti menunduk tanpa pandangan

Bila tawa tak lagi ada, apa suara akan terus memaksa untuk bersuara?
Bila pandangan tak lagi kupandang, apa mata akan terus memaksa untuk memandang?

Mungkin aku tak lagi sama
Mungkin aku tak mampu berubah.

Mungkin...







Ada langkah berhenti terpendam amarah.
Ada genggaman berhenti tertegun tak berdarah.

Bila langkah tak lagi ada, apa kaki akan terus memaksa untuk terus melangkah?
Bila genggaman tak lagi ada, apa tangan akan terus memaksa untuk menggenggammu?

Menafikan apapun maksudmu tak mampu membuatku reda.
Menerima tak akan sesulit ini bila dirimu tak hanya diam bersembunyi.


Minggu, 24 September 2017

Bukti

Terkadang  banyak rindu yang ingin kusampaikan, terkadang pula banyak rasa kasih dan sayang yang ingin ku sanjungkan. Terlalu banyak hingga semakin sulit ku dekap diriku dalam tawa. Terlalu erat ku rangkul dirimu, dan ku tak sadar hal itu menyakiti kita berdua hingga hampir semua itu membawa duka untuk kita. Namun semua itu berkat sabarmu yang selalu membenarkanku. Meyakinkanku setiap aku goyah dan selalu percaya.


Banyak bukti yang kau tinggalkan, tapi kenapa rasa percayaku tak kunjung utuh?
Terlalu banyak bukti yang kau tinggalkan, tapi kenapa rasa takut tak kunjung sirna?

Jumat, 16 September 2016

KEMBALI

Gurauan hati masih menetap pada dinding rasa, lalu curahan kasih datang bercerita. Melekat. Melekat. Sekali lagi melekat. Tanpa ijin semua kisah menyatu dalam cerita. Berkecamuk. Menyatu. Dan saling memecah. Hingga ku ijinkan kembali diriku mengunci diruang kosong nan hampa. Aku kembali. Aku kembali pada jiwa sepi. Kasih sunyi. Aku menutup diri. Dan sekali lagi aku kembali. Kembalu menutup dengan senyum senang dengan jiwa yang lelah ini.

Jumat, 12 Agustus 2016

C E R I T A

Penyayang.
Jiwa tulus yang menghormatiku setiap waktunya. Tak akan pernah ada yang dapat menukar ataupun mengganti disetiap detiknya.
Terima kasih atas kasih sayangmu, yang tidak akan mampu membalasnya lebih dari yang kau beri.
Cerita kita akan berlanjut, berkat jiwamu yang tulus. Cerita kita akan terus berlanjut, berkat kasih yang selalu kau beri. Cerita kita akan terus berlanjut, karena tulusmu membawaku selalu bersamamu.

Minggu, 31 Mei 2015

Try Again

Mengulang hal kecil yang termakan emosi. Senyuman berubah api, haus akan dahaga ketenangan. Penantian yang membuang waktu menyiksa kesendirian.
Tidak ada kata yang ku kenali, keindahan amarah memakan suaraku membuat lidahku kelu. Kupandangi wajah diammu, terlalu sunyi hingga dapat kudengar desa nafas yang menahan emosi. Jelas, aku tidak berani menyentuhmu, tidak berani menenangkanmu. Jiwaku terlalu penuh dengan emosi.
Semua apa yang terjadi selalu terjadi untuk kesekian kalinya, alasan bodoh yang terlalu kecil membuat diri ini terlihat bocah dan menjijikan.
Semua ini kesalahan yang tidak bisa termaafkan dengan kata, kata "MAAF"yang selalu terujar manis selalu mengawasi tindakan hingga termakan kata itu sendiri.
Namun hanya kata itu yang menggambarkan diamku, acuhku, serta pandanganku.
Untukmu, Kau hebat.
Kau dapat menarikku jauh menelusuri ruang sabarmu, kau tahan emosimu dengan pelukanmu, kau simpan amarahmu dengan kata maafmu.
Ketika kata maafmu menyentuh keningku, tulus kasih ini semua salahku. Kesalahan yang tidak mau ku akui. Kesalahan yang membuatku mengabaikanmu.

Sabtu, 09 Mei 2015

K A M U

Kata yang jelas yang selalu tertuju padamu, makna yang jelas tanpa perlu kusebut.
Kamu semakin lama berjalan, semakin sulit perjuanganmu. Akan tetapi, kamu selalu bertahan tanpa menghiraukan pikiranku. Memperjuangkan walau selalu diterjang emosi, bertahan meski dalam pondasi yang rapuh.
Kesabaran yang tersimpan rapih membuat kamu lebih berharga dari yang lain.
Terima kasih kamu nya aku yang selalu bertahan. Pondasi yang rapuh kita bangun bersama dengan tekun dan rajin membuatnya menjadi kokoh. Membuatnya semakin nyaman untuk di tempati, semakin sejuk untuk di nikmati.

Selasa, 14 April 2015

"Palsu"

Senyuman yang palsu semakin sering kupakai. Semakin sulit kutinggalan. Kau membencinya tanpa pernah bertanya alasannya. Aku tidak pernah mempermasalahkan hal kecil ini. Aku hanya menyukai. Tidak benar-benar menyayangkan. Aku pasti akan lepas akan hal itu. Pasti. Saat benar-benar aku ingin melepasnya.
Tertawa, hanya untuk membuatku tenang namun semua kehampaan itu tak bisa hilang dan selalu menyisa.
Cerita fana itu selalu hadir menantiku, merujuk aku jatuh kedalam senyuman palsu. Ini caraku memaafkan dan melupakan cerita-cerita yang membuat emosi meningkat. Inilah caraku merendamkan amarahku. Cara yang kupakai tanpa membuat orang mengetahuinya, meskipun terkadang aku butuh tempat pelampiasan.
Bagiku cerita fana hanya sekilas dalam hidup ini namun untuk meninggalkan luka tidak mudah terhapus oleh waktu.
Ribuan hari cerita itu selalu mengantung tanpa pernah ku lepas.
Sulit untuk sebagian orang untuk melakukan hal ini. Terutama aku. Namun tanpa cara ini, aku tidak tahu akan jadi apa aku yang terus jatuh dan jatuh ke dasar jurang yang tak berujung itu. Lemah. Tidak berdaya. Pesimis. Semua perihal kejelekan manusiawi pasti tertanam dalam jiwa ini.